Thursday, February 23, 2017

Kejadian-kejadian Luar Biasa Selama Menunaikan Ibadah Haji

Alhamdulillah, selama penulis menjalankan Ibadah Haji, hampir tidak ada halangan yang berarti. Malah ada beberapa kejadian yang luar biasa, yang merupakan Karunia dari Allah. Artikel ini sebagai pelengkap dari ”Melaksanakan Ibadah Haji Tanpa Biaya Sendiri Tanpa Korupsi” yang terdiri dari Tiga Bagian, yang telah saya posting terlebih dahulu.   



Jalan Kaki Setiap Hari Enam Km Tanpa Merasa Lelah
Selama di Kota Mekah, kami selalu berusaha untuk shalat berjamaah di Masjidil Haram, karena pahalanya dilipat-gandakan oleh Allah100 ribu kali dibanding mesjid lain di dunia, sedang di Mesjid Nabawai 10 ribu kali lopat dibanding mesjid lain.

Selama di Madinah, karena letak pemondokan yang sangat dekat dengan Mesjid Nabawi, tidak ada masalah kami menjalankan shalat di untuk melaksanakan shalat Arbain (40 waktu selama delapan hari). Tapi di Mekah, karena jarak pemondokan dengan Masjidil Haram cukup jauh, sekitar 3 km (PP 6 Km), karena tidak ada angkutan bis atau mobil (karena demikian banyak jamaah di kota Mekah), terpaksa kami jalan setiap hari bolak-balik ke Masjidil Haram

Biasanya satu jam sebelum waktu Shalat Subuh kami sudah berjalan menuju Masjidil Haram agar tidak ketinggalan Shalat Subuh berjamaah, dan baru pulang ke pemondokan setelah Shalat Isya, atau sekalian iktikaf di mesjid untuk shalat malam. Soal makan, tidak ada masalah, karena ada restoran Indonesia dan banyak orang Indonesia yang berjualan masakan Indonesia di sekitar Masjidil Haram dengan harga relatif murah.. 

Jarak sejauh itu kalau di Indonesia pasti ditempuh dengan kendaraan, apakah mobil pribadi atau angkot atau sepeda motor atau sepeda. Tapi di Mekah saat ibadah Haji, entah karena tidak ada pilihan lain, jalan kaki 6 km setiap hari, tidak begitu terasa, taremausk bagi kakek-nenek dan kaum wanita.

Dapat Makan Siang Gratis Setiap Hari

Alhamdulillah, di dekat pemondokan kami di Mekah ada sebuah mesjid. Setelah shalat Zuhur di mesjid, kami pada umumnya langsung antri karena seorang dermawan yang kaya, membagi-bagikan satu boks nasi untuk santap siang.





Karena tenaga kerja Indonesia berasal dari seluruh Indonesia, tentu saja semua jenis makanan dari seluruh Indonesia ada di sana. Yang aneh semua makanan harganya serba satu real atau kurang.Di sekitar Mesjidil Haram juga banyak dijumpai orang-orang Indonesia yang berjualan makanan Indonesia. Juga ada beberapa restoran Indonesia, yang harganya tentu tidak serba satu real lagi, karena memang mutunya lebih baik.

Kalau di Indonesia ada TOKO SERBU, maksudnya semua barang harganya sepuluh ribu rupiah, tetapi disana serba satu real. Bahkan ada yang 1 real dapat 3 buah. Berdasarkan info dari teman-teman di sana, harganya tidak pernah berubah selama bertahun-tahun, tetap satu real

Yang selalu berubah adalah kurs dalam rupiah. Nilai rupiah kita semakin tahun semakin turun. Harga dalam real tetap sama, tetapi bagi orang Indonesia, harga tersebut setiap tahun semakin mahal, karena untuk menukarkan uang 1 real, memerlukan rupiah yang lebih banyak. Hal yang sama terjadi terhadap dolar Amerika atau dolar Australia dan mata uang Internasional lainnya. Saya tak tahu, apa yang salah dengan sistem keuangan Negara kita.


Tidak Boleh Sombong


Setelah beberapa hari tinggal di Mekah dan setiap hari shalat di Mesjidil Haram yang ganjarannya sama dengan 100.000 kali lipat dibanding dengan shalat di mesjid lain, saya sudah merasa ”hafal’ dan tidak takut tersesat lagi. Suatu hari menjelang shalat Zuhur saya mau ke WC sekaligus ke tempat wudhu.

 Perlu diketahui bahwa WC dan tempat wuduk banyak sekali jumlahnya, terletak di sekeliling Masjidil Haram, di beberapa tingkat bawah tanah, kalau tak salah sampai tiga tingkat di bawah tanah. Untuk mencapainya bisa melalui tangga biasa atau melalui eskalatior seperti yang ada di Pasar  Swalayan.Untuk jamaah laki-laki ada gambar seorang laki-laki dengan tulisan ”Ar-Rijal” atau ”Man”dalam Bahasa Arab dan Inggris.Begitu pula dengan WC wanita ada gambar wanita berjilbabdengantulisan ”An Nisa”. Atau ”Woman”. Anehnya saat itu, saya sudah berjalan hampir mengelilingi mesjid, tapi tidak terlihat tanda WC itu, padahal papan-nya besar dan biasanya bisa dilihat dari jauh.

 Akhirnya saya mengucap istigfar kepada Allah, lalu bertanya kepada seorang petugas yang ada di situ. Dia menunjuk ke suatu arah, yang anehnya sebenarnya sangat dekat dari tempat saya berdiri. Kok tadi nggak kelihatam sih?Mungkin karena saya merasa sudah tahu lokasi, dan ada sedikit rasa ”sombong” maka Allah ”menghukum” saya. Memang sebenarnya manusia itu sangat lemah, tidak ada daya upaya melainkan atas Izin Allah. Jangan pernah ada rasa sombong di dalam hati kita.

Kehilangan Dompet Karena Sombong

Salah seorang jamaah merasa sedih karena kehilangan semua uangnya, padahal selalu disimpan di dalam tas kecil yang selalu diikatkan di pinggangnya. Seorang jamaah lain berucap: ”Saya gak bakalan kehilingan uang, karena saya simpan di tas kecil yang selalu saya kalungkan di leher”. Tak berapa lama kemudian, dia mengeluh bahwa semua uangnya juga telah hilang.

 Sekali lagi, di tanah suci, apalagi di Masjidil Haram, jangan pernah merasa sombong bahwa kita mempunyai suatuatau kemampuan/ kekuatan. Di Rumah Allah, kita harus benar-benar merasa sebagai seorang hamba yang tak punya daya upaya, melainkan Allah. Memang manusia sebenarnya sangat lemah, tidak punya kekuatan apa-apa.

Antrian Sangat Panjangdi WC

Masalah buang air, merupakan hal yang cukup merepotkan, terutama bagi yang tiba-tiba kebelet mau buang air besar. Suatu saat, setelah melempar jumrah, saya merasa kepingin buang air besar. Segera aku mencari WC untuk buang air. Tetapi karena jumlah WC tidak seimbang dengan jumlah jemaah yang demikian banyak, maka terpaksa antri lama.

Ada puluhan orang dalam antrian yang panjangdi setiap WC. Tidak ada pilihan lain, saya juga antri, sambil bero’a, ya Allah, janganlah Engkau permalukan saya dengan buang air besar dalam pakaian Ihram ini, demikian doa’ku dalam hati. Tidak mungkin kita minta duluan, karena jemaah lain menghadapi masalah yang sama, sama-sama kebelet.

Tiba-tiba rasa sakit perut yang tadinya sangat melilit perut, hilang seketika, tetapi saya tetap antri. Dan benar saja, begitu saya mendapat giliran masuk ke WC, rasa kepingin buang air itu kembali lagi, dan saya langsung menunaikan hajat. Alhamdulillah.

Ternyata dalam menahan rasa sakit perut dan mual dan kebelet mau buang aiir,  juga terdapat tanda-tanda Kebesaran Allah. Padahal selama ini, saya tak pernah memikirkan hal-hal kecil seperti iu. Subhanallah.

seseorang Jamaah Penderita Gagal Ginjal Tak Perlu Cuci Darah




Seorang jamaah, Ketua Rombongan kami, sesungguhnya menderita sakit gagal ginjal, yang mestinya harus cuci darah setiap minggu. Selama 40 hari saat menjalankan Ibadah Haji, dia sehat-sehat saja tanpa cuci darah, malah bisa jalan kaki setiap hari 6 km pergi dan pulang ke Masjidil Haram. Semua rukun haji seperti tawaf, sa’i dan wukuf di Arafah dapat dia lakukan.

Tapi setelah kembali ke Indonesia, dia kembali harus menjalani cuci darah dua kali setiap minggu. Karena dia termasuk pejabat di Kementerian Kesehatan, dan mampu membeli mesin pencuci darah, dan bayar gaji perawat, dia melakukn cuci darah di rumah. Tapi tetap tidak tertolong. Saat ini sudah meninggal dunia. Semoga hajinya dapat haji mabrur, semua amal ibadahnya diterima dan semua dosanya diampuni Allah, dan ditempatkan di tempat yang layak di ”alam sana”. Amin.

Air Wudhu di Mesjid Nabawi Wangi Seperti Parfum
Seorang teman, sebut saja H. Fulan, bercerita. Dulu sebelum menunaikan ibadah haji dia seorang preman. Dia katakan, tidak ada dosa besar apalagi dosa kecil yang tidak pernah dia lakukan. Kita mengerti siapa dia, tak perlu ditanyakan apa dosa-dosanya selama ini.

Suatu hari dia insaf dan ingin bertobat. Bagaimana caranya?. Seorang teman menyarankan agar dia naik haji saja. Dia kaget. Apa dia pantas pergi haji?. Bukankah dia penuh dosa?. Dia takut berangkat haji walaupun biayanya cukup. Tapi setelah diyakinkan teman, bahwa Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta Maha Pengampun kepada umat-Nya, dan Allah sangat senang bila ada hamba-Nya yang mau berobat, dia akhirnya berangkat haji.

Seorang teman lain menyarankan pada si Fulan, agar saat berada di Madinah unruk melakukan ibadah Shalat Arbain (Shalat Wajib empat puluh waktu-delapan hari) secara berjamaah tanpa tertinggal Takbir Awalbersama Imam, usahakan shalat tahajud di malam Jum’at di Masjid Nabawi. Dia ingat betul saran itu dan ingin melaksanakannya.

Pada malam Jumat yang ditunggu-tunggu dia ajak teman yang memberi saran untuk melalukan shalat tahajud di Mesjid Nabawi. Kebetulan temannya itu sakit, tak jadi ke mesjid. Akhirnya si Fulan berangkat sendiri ke mesjid di tengah malam dengan berjalan kaki dari apartemen tempatnya menginap selama di Madinah.

Sesampai di Mesjid Nabawi, dia mengambil wudhu di lantai di bawah tanah. Perlu diketahui bahwa semua WC di sekeliling Mesjid Nabawi ada di bawah tanah, bisa dicapai dengan tangga atau eskalator seperti di super market. Tidak ada orang di sana saat itu, lalu dia duduk untuk mengambil air wudhu. Perlu diketahui bahwa semua tempat mengambil wudhu di Arab Saudi ada tempat duduknya. Tidak seperti Mesjid di Indonesia, orang berwudhu sambil berdiri.

Tiba-tiba dia meraskan bahwa air yang mengalir dari keran itu sangat harum baunya. Dia berfikir, luar biasa sekali Pemerintah Arab Saudi, air keran saja harum seperti parfum. Selama di Madinah, dia selalu mengambil wudhu di tempat pemondokan, baru kali itu di Mesjid Nabawi.

Setelah itu dia shalat tahajud dengan khusuk. Bermohon kepada Allah agar segala dosanya diampuni Allah. Saat mulai shalat, jamaah tang shalat tidak banyak. Perlu diketahui, bahwa Mesjid Nabawi hanya buka dari menjelang Subuh sampai jam 10 malam. Jadi kalau mau shalat tahajud di tengah malam, hanya bisa dilakukan di pelataran masjid yang sangat luas.

Setelah dia selesai shalat dan berdoa, saat dia bersiap pulang dan berdiri, dan neoleh ke belakang, dia melihat begitu banayk jamaah yang sedang besrzikir dengan pakaian putih dan semua bersorban, Karena dia tak mau mengganggu mereka yang sedang berzikir dia tinggalkan mereka tanpa mengucapkan Salam. Dia tidak yakin apakah itu manusia atau para Malaikat. Dia kembali ke pemondokan dengan berjalan kaki.

Sesampai di pemondokan, kebetulan ada jamaah yang belum tidur atau beru terbangun. Temannya kaget melihat wajahnya yang penuh cahaya. Dia berttanya kepada jamaah itu, apakah air wudhu di Mesjid Nabawi berbau harum?. Setelah dijawab bahwa air di sana tidak harum, dia sangat heran dan penasaran.

Keesokan harinya, saat menjelang akan shalat Subuh, dia sengaja tidak ambil wudhu di pemondokan. Dia mau berwudhu di Mesjid Nabawi untuk membuktikan apakah air untuk wudhu itu harum atau tidak. Lalu dia mengambil air wudhu di tempat yang sama dia berwudhu tadi malam. Ternyata...................... airnya tidak harum, biasa saja seperti air keran di Indonesia.

Dia menyatakan, mudah-mudahan itu merupakan doanya agar dosa-dosanya mendapat ampunan dari Allah. Sejak itu dia bertekad untuk menjadi Muslim yang taat kepada Allah, menjalankan segala perintah Allah, dan menjauihi segala larangnnya.

Dan itulah sedikit berbagi pengalaman dari saya, semoga semua bisa cepat-cepat nyusul ke tanah suci yah bareng keluarga(amin).

No comments:

Post a Comment